Beranda | Artikel | Infant | Kolik pada Bayi: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Kolik pada Bayi: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Infant
20/08/2025
Penulis: Makuku
Reviewer: Chief Editor
Kolik pada Bayi: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Bayi menangis memang hal yang wajar. Namun, bagaimana jika tangisan si kecil berlangsung lama, bahkan hingga berjam-jam tanpa henti? Banyak Moms yang merasa panik, padahal sudah berusaha menyusui, mengganti popok, hingga menggendong bayi. Kondisi ini bisa jadi merupakan tanda kolik, yaitu keadaan umum yang sering dialami bayi baru lahir hingga usia sekitar 3–4 bulan. Walau tidak berbahaya, kolik sering membuat Moms kewalahan. Oleh karena itu, penting untuk mengenali penyebab, gejala, dan cara mengatasinya dengan tepat.

Apa Itu Kolik pada Bayi?

Kolik adalah kondisi ketika bayi menangis berlebihan tanpa alasan yang jelas, biasanya lebih dari 3 jam dalam sehari, terjadi lebih dari 3 hari dalam seminggu, dan berlangsung setidaknya 3 minggu berturut-turut. Tangisan akibat kolik umumnya sulit ditenangkan meskipun kebutuhan bayi, seperti menyusu atau ganti popok, sudah terpenuhi.

Kondisi ini paling sering muncul saat bayi berusia 2–3 minggu dan bisa bertahan hingga bayi berusia 3–4 bulan. Meski terdengar mengkhawatirkan, Moms tidak perlu cemas berlebihan karena kolik bukanlah tanda penyakit serius.

Penyebab Kolik pada Bayi

Hingga saat ini, penyebab pasti kolik belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor yang diduga menjadi pemicunya, di antaranya:

  • Sistem pencernaan yang belum matang
    Bayi baru lahir masih memiliki pencernaan yang sensitif sehingga mudah mengalami perut kembung atau tidak nyaman.

  • Alergi atau intoleransi terhadap susu
    Beberapa bayi mungkin sensitif terhadap protein susu sapi atau laktosa sehingga menimbulkan ketidaknyamanan pada perut.

  • Udara yang ikut tertelan saat menyusu
    Bayi bisa menelan udara berlebih saat menyusu, terutama jika posisi menyusu tidak tepat. Hal ini memicu perut kembung dan membuat bayi rewel.

  • Faktor emosional
    Bayi juga bisa menangis lebih sering jika merasakan stres, kelelahan, atau stimulasi berlebihan dari lingkungan sekitarnya.

Gejala Kolik pada Bayi

Moms bisa mengenali kolik melalui beberapa tanda berikut:

  • Tangisan berlangsung lebih dari 3 jam sehari dan sering terjadi di sore atau malam hari.

  • Bayi terlihat sulit ditenangkan meskipun sudah digendong atau disusui.

  • Wajah bayi tampak memerah, tangan mengepal, atau tubuh melengkung ke belakang saat menangis.

  • Perut bayi terasa kencang atau kembung.

  • Bayi sering mengangkat kaki ke arah perut saat menangis.

Gejala ini biasanya muncul secara berulang dan teratur setiap harinya.

Penyebab Kolik pada Bayi

Hingga kini, penyebab pasti kolik belum diketahui. Namun, beberapa faktor diyakini berperan, antara lain:

  • Sistem pencernaan bayi yang belum sempurna, sehingga lebih sensitif terhadap gas dan makanan tertentu.

  • Produksi gas berlebih di dalam perut bayi, yang bisa menimbulkan rasa tidak nyaman.

  • Alergi atau intoleransi terhadap protein susu sapi bagi bayi yang mengonsumsi susu formula.

  • Stimulasi berlebihan, misalnya suara bising atau cahaya terang, sehingga bayi menjadi lebih rewel.

  • Perubahan suasana hati Moms, karena bayi sangat peka terhadap stres atau kecemasan yang dirasakan orang tuanya.

Gejala Kolik pada Bayi

Beberapa tanda yang biasanya muncul saat bayi mengalami kolik antara lain:

  • Menangis kencang tanpa alasan jelas, terutama di sore atau malam hari.

  • Menarik kaki ke arah perut atau mengepalkan tangan saat menangis.

  • Wajah bayi tampak kemerahan atau tegang.

  • Perut terasa kembung atau berbunyi karena banyak gas.

  • Sulit ditenangkan meski sudah digendong atau disusui.

Jika Moms melihat tanda-tanda ini secara berulang, ada kemungkinan si kecil mengalami kolik.

Cara Mengatasi Kolik pada Bayi

Menghadapi bayi kolik memang bisa membuat Moms kewalahan. Namun, ada beberapa cara sederhana yang bisa membantu menenangkan si kecil, di antaranya:

1. Gendong dengan posisi tegak

Menggendong bayi dengan posisi tegak bisa membantu mengurangi tekanan gas di perutnya. Moms juga bisa menepuk-nepuk punggungnya secara lembut untuk membantu mengeluarkan udara.

2. Berikan pijatan lembut pada perut

Pijat perut bayi dengan gerakan memutar searah jarum jam menggunakan telapak tangan. Cara ini bisa membantu mengurangi kembung sekaligus membuat bayi lebih rileks.

3. Gunakan teknik tummy time

Meletakkan bayi tengkurap di atas pangkuan Moms sambil mengusap punggungnya bisa membantu mengurangi ketidaknyamanan akibat gas berlebih.

4. Ciptakan suasana tenang

Redupkan lampu, kurangi kebisingan, atau nyalakan suara white noise seperti suara kipas angin atau mesin pengering. Lingkungan yang tenang bisa membuat bayi lebih nyaman.

5. Mandikan dengan air hangat

Air hangat bisa membantu merilekskan otot bayi dan menenangkan perut yang terasa tidak nyaman.

6. Perhatikan pola makan bayi

Jika bayi mengonsumsi susu formula, konsultasikan dengan dokter apakah perlu mengganti jenis susu. Untuk Moms yang menyusui, coba perhatikan makanan yang dikonsumsi karena beberapa makanan (seperti kafein atau makanan pedas) bisa memicu kolik.

7. Peluk dengan metode swaddling

Membedong bayi dengan kain lembut bisa memberikan rasa aman, mirip seperti ketika berada di dalam kandungan.

8. Beri jeda saat menyusui

Hentikan sebentar saat menyusui untuk membuat bayi bersendawa. Hal ini membantu mengurangi udara yang masuk ke perut.

9. Tetap tenang dan sabar

Kolik memang membuat Moms merasa cemas atau lelah. Namun, menjaga emosi tetap stabil sangat penting, karena bayi bisa merasakan energi Moms. Ambil jeda sejenak bila perlu, misalnya dengan meminta bantuan pasangan atau keluarga.

Kapan Harus Membawa Bayi ke Dokter?

Meski kolik biasanya akan membaik dengan sendirinya, Moms sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter jika:

  • Bayi menangis terus-menerus hingga sulit ditenangkan sama sekali.

  • Tangisan disertai muntah berulang, demam, diare, atau tinja berdarah.

  • Berat badan bayi tidak bertambah sesuai usia.

  • Bayi tampak sangat lemah atau tidak mau menyusu.

Dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan apakah tangisan bayi benar-benar akibat kolik atau ada kondisi medis lain yang perlu diatasi.

Kolik pada bayi memang bisa membuat Moms kewalahan, terutama saat tangisan berlangsung lama tanpa henti. Namun, kondisi ini umumnya bukan hal berbahaya dan akan mereda seiring bertambahnya usia bayi. Dengan memahami penyebab, gejala, serta cara mengatasi kolik, Moms bisa lebih tenang dalam menghadapi si kecil. Jika tangisan bayi terasa tidak wajar atau disertai gejala lain, jangan ragu untuk membawa si kecil ke dokter agar mendapatkan penanganan tepat.

Bagikan di media sosial:
Customer Care MAKUKU