Beranda | Artikel | Toddler | 7 Cara Menjaga Kesehatan Mental Seorang Ibu yang Bekerja

7 Cara Menjaga Kesehatan Mental Seorang Ibu yang Bekerja

Toddler
19/08/2025
Penulis: Makuku
Reviewer: Chief Editor
7 Cara Menjaga Kesehatan Mental Seorang Ibu yang Bekerja

Menjadi seorang ibu sekaligus pekerja memang tidak mudah. Di kantor, kamu dituntut profesional, menyelesaikan target, dan menghadapi tekanan pekerjaan. Namun, saat sampai di rumah, peran itu berganti menjadi ibu dan istri yang tetap harus mengurus anak, pasangan, serta pekerjaan rumah tangga. Peran ganda inilah yang seringkali menimbulkan stres dan rasa kewalahan.

Sebuah penelitian dari Journal of Mental Health (2021) menyebutkan bahwa ibu yang bekerja penuh waktu berisiko lebih tinggi mengalami stres, kecemasan, hingga depresi, terutama jika tidak mendapatkan dukungan sosial dari keluarga maupun lingkungan. Karena itu, menjaga kesehatan mental adalah hal yang sangat penting agar ibu pekerja tetap bisa “waras” dan bahagia.

Tips menjaga kesehatan mental seorang ibu yang bekerja

Berikut ini adalah 7 tips menjaga kesehatan mental seorang ibu yang bekerja yang bisa kamu terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Awali Hari dengan Hal Positif

Pagi hari adalah waktu terbaik untuk menata pikiran. Bangun lebih pagi dan luangkan waktu sejenak untuk berdoa, meditasi, atau sekadar menarik napas dalam. Aktivitas sederhana ini bisa menenangkan hati sekaligus menurunkan rasa cemas sebelum menjalani aktivitas seharian.

Penelitian dari Frontiers in Psychology (2020) menunjukkan bahwa meditasi harian mampu menurunkan tingkat stres hingga 30%. Jadi, sebelum terjun ke rutinitas padat, awali harimu dengan sugesti positif agar lebih bersemangat.

2. Buat Daftar Prioritas

Seringkali, ibu pekerja merasa kewalahan karena mencoba menyelesaikan semua hal sekaligus. Padahal, hal ini justru bisa memicu stres. Membuat daftar prioritas akan membantumu fokus mengerjakan satu hal lebih dulu, lalu beralih ke pekerjaan berikutnya.

Misalnya, prioritaskan tugas kantor yang paling mendesak. Setelah itu, baru alokasikan waktu untuk menelepon anak atau menyiapkan kebutuhan keluarga. Dengan manajemen waktu yang baik, kamu tidak akan merasa kewalahan meskipun aktivitas cukup padat.

3. Pisahkan Waktu Kerja dan Keluarga

Salah satu tantangan terbesar ibu pekerja adalah mencampur urusan kantor dengan urusan rumah. Idealnya, pekerjaan kantor diselesaikan di kantor dan tidak dibawa pulang. Dengan begitu, waktu di rumah bisa dimanfaatkan sepenuhnya untuk anak dan pasangan.

Keseimbangan ini penting agar kamu bisa lebih rileks, tidak mudah marah, dan menjaga kualitas hubungan dengan keluarga. Menurut Journal of Occupational and Environmental Medicine (2019), ibu yang mampu menjaga keseimbangan kerja dan keluarga cenderung memiliki kesehatan mental lebih baik dibandingkan mereka yang selalu membawa pekerjaan ke rumah.

4. Luangkan Waktu untuk Me Time

Banyak ibu merasa bersalah jika meluangkan waktu untuk diri sendiri. Padahal, me time bukanlah bentuk egois, melainkan perawatan diri. Kamu bisa melakukan hal sederhana seperti membaca buku, menonton film, berolahraga, atau sekadar minum kopi sambil mendengarkan musik favorit.

Studi dari Journal of Occupational Health Psychology (2018) menyebutkan bahwa meluangkan waktu untuk aktivitas pribadi dapat menurunkan risiko burnout pada ibu pekerja. Jadi, jangan ragu menyisihkan waktu untuk memanjakan diri agar energi mental kembali terisi.

5. Komunikasi dengan Pasangan dan Keluarga

Kurangnya perhatian dan empati dari pasangan sering membuat ibu merasa sendirian. Karena itu, komunikasi yang terbuka sangat penting. Cobalah bercerita tentang apa yang dirasakan, termasuk stres atau tekanan di kantor maupun rumah.

Support sederhana dari pasangan, misalnya membantu pekerjaan rumah atau sekadar menanyakan kabar, dapat membuat ibu merasa lebih dihargai. Dukungan sosial yang kuat terbukti meningkatkan resiliensi ibu pekerja terhadap stres (American Psychological Association, 2020).

6. Hindari Lingkungan yang Toxic

Lingkungan sekitar juga berperan penting dalam kesehatan mental. Jika ada orang-orang atau teman yang sering membuatmu merasa rendah diri, dibanding-bandingkan, atau tidak nyaman, jangan ragu untuk menjaga jarak.

Fokuslah pada support system yang benar-benar mendukung, seperti sahabat, komunitas, atau rekan kerja yang positif. Ingat, kamu tidak punya kewajiban untuk menyenangkan semua orang. Menghindari lingkungan toxic akan membuat pikiran lebih ringan dan bahag

7. Jangan Ragu Konsultasi ke Psikolog

Jika mulai merasa sulit mengendalikan emosi, sering marah, sulit tidur, pola makan berubah drastis, atau merasa kewalahan dalam mengurus semuanya, itu bisa menjadi tanda awal gangguan kesehatan mental.

Konsultasi ke psikolog bukan tanda lemah, melainkan langkah berani untuk menjaga diri. Menurut World Health Organization (WHO), penanganan dini gangguan kesehatan mental dapat mencegah kondisi yang lebih parah sekaligus membantu meningkatkan kualitas hidup ibu pekerja.

Menjaga kesehatan mental bagi ibu pekerja sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Dengan mental yang sehat, kamu bisa menjalankan peran sebagai pekerja, istri, sekaligus ibu dengan lebih bahagia dan produktif.

Mulailah dengan langkah sederhana: awali hari dengan positif, buat daftar prioritas, jaga komunikasi dengan pasangan, dan jangan lupa me time. Jika dirasa perlu, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional agar kesehatan mental tetap terjaga.

Seperti kata psikolog Tanti Kusmiati, Amd.TW., S.Psi., M.Psi., “Ibu bekerja perlu memberi penghargaan pada dirinya sendiri. Ketika ibu merasa dihargai, maka ia akan lebih rileks dalam menjalankan aktivitas dan berinteraksi dengan keluarga.”

Bagikan di media sosial:
Customer Care MAKUKU