Setiap orang tua cenderung pusing dan kebingungan jika si Kecil mengalami tantrum. Terlebih jika hal itu terjadi di tempat umum, maka Moms akan kerepotan untuk menenangkan si Kecil dari segala keinginannya.
Tak banyak Moms yang mengetahui cara untuk menghadapi anak tantrum, atau setidaknya menghentikan tangisannya sementara. Para Orang tua biasanya justru emosi saat melihat anaknya tantrum sehingga tangisan si Kecil semakin menjadi-jadi.
Saat kuantitas anak mengalami tantrum semakin sering, tentunya Moms akan semakin dibuat pusing, bukan? Lewat artikel ini, Makuku Family sebagai konsultan ibu dan anak mencoba memberikan parenting education bagaimana cara menghadapi anak tantrum dan apa saja faktor penyebab sang buah hati kerap menangis untuk menyampaikan pesannya.
Apa yang dimaksud dengan Tantrum?
Tantrum adalah suatu keadaan yang diekspresikan anak dalam meluapkan emosi lewat tangisan kencang, berguling-gulingan hingga melempar barang. Anak akan melakukan tantrum saat keinginannya tidak bisa dipenuhi oleh orang tua.
Mengutip sebuah studi yang diterbitkan The Journal of Pediatrics tahun 2017, 70 persen anak berusia 18-24 bulan mengalami tantrum. Tantrum juga bisa terjadi pada anak usia 3-5 tahun, bahkan pada usia pra-sekolah hal ini kerap ditemukan. Jika si Kecil mengalami tantrum, hal itu bukanlah sebuah tanda keanehan atau ketidaknormalan.
Secara umum, tantrum disebabkan oleh berbagai faktor seperti
- Lingkungan
Pernahkah Moms melihat anak yang mengalami tantrum saat di mal? Nah, tantrum itu disebabkan oleh kondisi lingkungan yang membuat si Kecil tidak nyaman. Bisa saja, si Kecil menginginkan sesuatu atau merasa tidak betah saat berada di keramaian. Solusinya, Moms perlu membawa si Kecil ke tempat yang lebih sepi atau mempersingkat kunjungan waktu ke mal.
- Ketakutan
Si Kecil kerap mengalami tantrum saat ia mengalami ketakutan. Bisa saja ia takut akan hewan, atau takut karena kehadiran orang tertentu di dalam rumah Anda. Jika si Kecil mengalami tantrum karena rasa takut, Moms harus mengalihkan perhatian si Kecil dan mencari cara mengendalikan rasa takut si anak.
- Waktu
Pernahkah si Kecil mengalami tantrum hanya pada waktu-waktu tertentu? Misal di pagi hari saat ayah atau ibu pergi ke kantor, si Kecil akan mengalami tantrum dan enggan melepas kepergian parents. Untuk masalah ini, Parents bisa memberikan sedikit toleransi waktu perpisahan pada anak.
- Kalimat Tertentu
Coba ingat-ingat, apakah Parents pernah mengatakan sebuah kalimat yang membuat si Kecil menangis? Atau, saat Parents menakut-nakuti si kecil? Bisa saja, hal itu membuat anak melakukan tantrum.
Selain faktor penyebab, Moms juga harus mengetahui jenis tantrum yang dilakukan oleh anak.
Pertama, tantrum manipulatif dimana ledakan emosi muncul saat keinginan si Kecil tidak terpenuhi. Mayoritas kasus ini terjadi akibat adanya penolakan yang dilakukan orang tua terhadap permintaan anak.
Kedua, tantrum frustasi terjadi akibat si Kecil belum mampu mengekspresikan perasaan yang diinginkannya kepada orang lain. Tantrum frustasi juga dipengaruhi beberapa faktor seperti kelelahan, kelaparan dan juga kegagalan melakukan sesuatu.
Apa yang Harus Moms Lakukan Saat si Kecil Tantrum?
Moms tidak perlu emosi atau pusing saat menghadapi anak yang sedang tantrum. Penelitian telah menemukan cara baru yang singkat dan efektif dalam mengatasi tantrum.
Dalam penelitian itu disebutkan bahwa anak-anak hanya perlu dibawa ke alam bebas seperti taman atau kebun selama 10 menit untuk menghentikan tangisan rewelnya. Moms bisa mencari taman terdekat dari rumah dan meluangkan waktu sedikit untuk berjalan-jalan.
Penelitian itu menunjukan bahwa menghabiskan waktu di alam efektif dalam menurunkan kecemasan, depresi dan juga stres. Hal ini tak hanya berlaku bagi anak-anak, melainkan pada orang dewasa sekalipun.
Jika cara diatas belum bisa mengatasi si Kecil, berikut beberapa hal yang harus Moms lakukan agar tangisan si Kecil berhenti.
- Memahami Bukan Menghakimi
Pahami kemauan si Kecil bukan menghakimi tangisannya. Sejajarkan diri Moms dengan si Kecil dan ajaklah berbicara dari hati ke hati. Berbicara dengan menyamakan tinggi anak membuat si Kecil merasa terlindungi dan diperhatikan oleh orang tuanya. Jadi, kuncinya adalah Ajak Komunikasi Bukan Dimarahi.
- Coba Tenangkan Meski Merepotkan
Sebelum menenangkan si Kecil, Moms juga harus bersikap tenang saat menghadapi sikap tantrum anak. Hindari sikap berteriak atau memaksa si kecil untuk menghentikan tangisannya karena hal itu bukan solusinya. Sebaliknya, Moms bisa menenangkan si kecil dengan cara membawa ke tempat sepi dan memberikan sentuhan kasih sayang seperti mengelus kepala atau memeluknya.
- Alihkan Perhatian dan Berikan Senyuman
Saat si Kecil tantrum, Moms wajib mengalihkan perhatiannya pada kegiatan lain agar tangisan si Kecil berhenti. Sebagai contoh, Moms bisa memberikan mainan, memutar lagu/video kesukaan atau memberikan camilan favoritnya.
- Hindari Melakukan Hal Kasar
Tindakan fisik seperti memukul atau mencubit tak akan efektif dalam menghentikan tangisan si Kecil. Alih-alih diam, si Kecil justru akan semakin merasa takut dan tangisannya semakin membesar. Jadi, jangan pernah menghentikan kerasnya tantrum anak dengan kekerasan ya, Moms!
Meski tantrum merupakan hal yang normal, Moms perlu konsultasi ke dokter atau psikiater anak jika si Kecil mengalami tantrum disertai dengan percobaan melukai diri sendiri, memukul orang lain, dan kuantitas tantrum yang terlalu lama (30 menit).
Nah, apakah Moms sudah siap menghadapi anak yang tantrum? Semoga artikel diatas cukup membantu ya saat Moms mengalami hal serupa. Ikuti terus informasi menarik dan juga tips parenting lainnya lewat website Makukufamily.co.id atau Follow akun instagram kami di @makuku.indonesia.official
Komen
250