Wajib Tahu, Ini Perkembangan Motorik Bayi Usia 3-6 Bulan

Wajib Tahu, Ini Perkembangan Motorik Bayi Usia 3-6 Bulan

written by : MAKUKU - 22 Nov 2022

Viewed : 105 times  Read duration : Page Views : 1676 times

Perkembangan bayi dari hari ke hari sangat menakjubkan. Tumbuh kembang si kecil membuat tambah menggemaskan dan sayang untuk dilewatkan. Apalagi tahap perkembangan di usia 3-6 bulan ini menjadi dasar untuk menentukan perkembangan usia mendatang.

Perkembangan motorik si kecil dibagi menjadi dua yaitu perkembangan motorik halus dan motorik kasar. Perkembangan motorik merupakan proses perkembangan gerak anak yang terkait pada kematangan fisik dan saraf pada anak. Perkembangan motorik halus meliputi perkembangan gerak otot kecil dengan koordinasi mata dan tangan. Contohnya, menulis atau menyusun mainan puzzle. Sementara perkembangan motorik kasar meliputi perkembangan gerak antara keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh. Misalnya, merangkak, berjalan, melompat dan berlari. Seringkali motorik kasar berkembang lebih dulu dibanding motorik halus.

Untuk itu, orangtua harus mengetahui tahapan perkembangan kemampuan si kecil pada saat usia 3-6 bulan sebagai berikut:

Perkembangan motorik kasar usia 3-6 bulan

Menurut dr. Ria motorik kasar pada usia 3-6 bulan, pada umumnya si kecil sudah bisa berbalik dari telentang ke telungkup dan sebaliknya. Selain itu, pada saat berguling dan telentang, bayi sudah mulai bisa mengangkat kepala setinggi 90 derajat serta mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.

“Semakin hari semakin kuat. Mendekati enam bulan, bayi sudah bisa didudukkan dengan posisi kepala tegak,” jelas dr. Ria.

Sedangkan secara bahasa di rentang usia ini, bayi sudah bisa mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik, mengenali suara hingga menengok ke sumber suara. Selanjutnya, untuk perkembangan sosial kemandirian bayi pada umumnya bisa merespon seperti tersenyum saat diberikan mainan atau gambar yang menarik saat bermain sendiri.

Perkembangan motorik halus usia 3-6 bulan

Perkembangan motorik bayi usia 3-6 bulan adalah si kecil dapat menggenggam jari orang lain, meraih atau menggapai benda yang ada dalam jangkauannya, juga memegang tangannya sendiri. Pada usia ini, si kecil juga dapat menengok ke kanan kiri atas bawah, juga berusaha memperluas pandangannya dan mengarahkan matanya ke benda-benda kecil. Bayi juga dapat meraba benda dengan berbagai tekstur. Motorik halus si kecil juga mulai berkembang ketika mulai melempar mainan, atau memindahkan mainan dari tangan satu ke tangan lainnya.

“Orangtua bisa menstimulasinya misal dengan menggantung atau meletakkan mainan berbunyi yang menarik perhatian di depan si kecil saat tengkurap agar si kecil berusaha menggapainya, hingga memberikan mainan ke tangannya agar si kecil merasakan mainannya, hal ini juga sekaligus memberikan rangsang sensori,” jelas dr. Ria.

Rangsang penglihatan yang dilakukan sejak bayi memegang peranan penting dalam perkembangan fungsi penglihatan. Saat bayi lahir cukup bulan, telah terbentuk jalur dari mata ke pusat penglihatan di otak sehingga bayi dapat menerima rangsang penglihatan berupa berbagai intensitas cahaya dan kontras, garis, gambar, dan pola tertentu, dan gerakan. Bayi baru lahir belum dapat membedakan warna. Jalur penglihatan untuk mengenali warna baru berfungsi pada usia 2-3 bulan, dan warna pertama yang dikenali bayi adalah merah. Memasuki usia 3 sampai 4 bulan, bayi sudah bisa melihat dengan fokus serta melihat suatu pergerakan yang dihasilkan suatu objek. Selain itu, bayi juga akan semakin lebih sensitif terhadap rangsangan cahaya. Saat usia 3 bulan pendeteksian cahaya yang dilakukan bayi berkisar 10 kali lipat dibandingkan dengan orang dewasa, sehingga ada baiknya tidak memasang lampu yang terlalu terang. Untuk bisa melakukan stimulasi pada rangsangan cahaya, Mom bisa membuat kamar tidur bayi dengan dihiasi warna beragam. 

Jangan Overstimulasi, Ini Dampaknya Pada Si Kecil

Stimulasi disebut-sebut memiliki andil dalam kecerdasan anak. Orangtua sebaiknya memberi stimulasi sesuai dengan tahapan perkembangan anak juga kesiapannya. Pemberian stimulasi yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan bayi juga tergolong overstimulasi. Jika si kecil mendapatkan overstimulasi atau rangsangan yang tidak sesuai dengan usianya justru tumbuh kembang si kecil tidak optimal.

“Jadi contoh overstimulasi itu, misalnya menstimulasi bayi untuk berjalan padahal tulangnya belum kuat. Jika bayi mengalami overstimulasi, ia akan cenderung menangis, rewel atau memalingkan wajahnya dari objek stimulasi yang diberikan,” tutur Dr. Ria.

Selain itu, dr. Ria juga menyarankan agar stimulasi dilakukan dalam keadaan yang nyaman, suasana menyenangkan, dan juga sebaiknya diminati anak. Para orangtua juga harus mengetahui kapan si kecil merasa tidak suka atau terganggu saat melakukan stimulasi. Sebab, overstimulasi juga dapat berdampak pada psikis si kecil.

“Saat anak rewel minta minum tapi kita malah suruh stimulasi seperti tengkurap lalu kita beri mainan padahal situasi tidak mendukung seperti bayi sudah mengantuk, lapar, atau waktunya ganti popok tapi masih kita paksa untuk stimulasi bermain. Dampaknya, psikis anak jadi terganggu dan kurang nyaman,” tambahnya.

Ciri Bayi Mengalami Keterlambatan Perkembangan

Dilansir dari IDAI, sekitar 5-10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan ini belum diketahui dengan pasti. Namun diperkirakan sekitar 1-3% anak dibawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum.

Keterlambatan perkembangan ini disebabkan oleh gangguan genetic atau kromosom, gangguan atau infeksi susunan saraf, bayi prematur atau kurang bulan, bayi berat lahir rendah, bayi mengalami sakit berat pada awal kehidupan hingga perawatan intensif.

Tanda bahaya atau red flags pada perkembangan motorik kasar seperti gerakan asimetris atau tidak seimbang, menetapnya refleks primitif atau refleks yang muncul saat bayi berusia hingga lebih dari enam bulan. Gangguan tonus otot, gangguan refleks tubuh, dan adanya gerakan yang tidak terkontrol.

Sedangkan anda bahaya gangguan motorik halus adalah masih menggenggam sampai usia lebih dari enam bulan, adanya dominasi satu tangan sebelum usia satu tahun. Eksplorasi oral atau seperti memasukkan mainan ke dalam mulut masih sangat dominan setelah usia 14 bulan dan perhatian penglihatan yang inkonsisten.

Selain tanda bahaya pada motorik halus dan kasar, red flags lainnya yang harus diwaspadai adalah belum mulai berkata, tidak merespon jika dipanggil, tidak menunjukkan ketertarikan pada suatu hal hingga kurang menunjukkan ekspresi.

Perkembangan setiap anak berbeda-beda dan tidak bisa disamaratakan dengan anak lainnya. Jika para orang tua menemukan salah satu tanda bahaya diatas, segera periksakan kondisi si kecil. Sebab, dengan mengetahui sedini mungkin maka dapat dicari sumber penyebabnya dan dapat diatasi dengan cepat sesuai kebutuhannya.

Ditinjau oleh:

dr. Ria Yoanita, SpA

RS Carolus Jakarta

dr. Ria adalah dokter spesialis Ilmu Kesehatan Anak. Setelah menamatkan pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, beliau melanjutkan pendidikan spesialisasi Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

perkembangananak

motorik

perkembanganmotorik

tumbuhkembanganak

tumbuhkembangbayi

Komen


250

READ ANOTHER POPULAR ARTICLE

Lihat semua >
AHLI
Deteksi Kesehatan Dini Lewat Bentuk dan Warna Tinja Bayi

Mendeteksi kesehatan bayi bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan melihat dari bentuk dan warna feses bayi. Simak info selengkapnya di sini

MAKUKU
2023-11-13 12:10:56
0 Comment
AHLI
Jangan Salah Kaprah, Ini Perbedaan Hiperaktif, ADHD dan Autisme

Anak yang aktif merupakan salah satu ciri dari pertumbuhan bayi yang optimal. Namun kadang para orang tua tidak bisa membedakan anak yang hiperaktif, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorders/Gangguan Pemusatan Perhatian) dan autisme. Walaupun terlihat hampir sama, nyatanya anak hiperaktif, ADHD dan autisme itu berbeda sehingga para orang tua tidak boleh melakukan self diagnose.

MAKUKU
2022-04-07 10:01:44
0 Comment

READ ANOTHER LATEST ARTICLE

Lihat semua >
AHLI
Perbedaan Dermatitis Popok dan Dermatitis Atopik

Pahami perbedaan antara ruam popok bayi dan dermatitis atopik, serta tips bagi Moms untuk mengatasi kondisi saat Si Kecil mengalaminya.

MAKUKU
2024-07-09 09:28:31
0 Comment
AHLI
Salep Ruam Popok Rekomendasi Dokter

Lindungi kulit bayi dari ruam popok dengan salep rekomendasi dokter. Skin care penting untuk kulit sensitif bayi.

MAKUKU
2024-02-23 12:20:43
0 Comment