Penggunaan dot atau biasa disebut empeng tak bisa lepas dari pertumbuhan bayi. Alat ini sering diandalkan oleh Moms and Dad untuk menenangkan si kecil saat sedang rewel. Meski begitu, penggunaan empeng sendiri masih menimbulkan perdebatan.
Beberapa pendapat menyebutkan penggunaan empeng disarankan sebagai bagian dari fase pertumbuhan. Sebagian pendapat menyebutkan bahwa empeng dapat memberikan dampak buruk bagi perkembangan bayi.
Dokter Spesialis Anak RS. Carolus dr. Ria Yoanita Sp.A, penggunaan empeng bagi anak bisa memberikan dampak positif dan juga negatif. Menurutnya, Moms harus mengetahui keuntungan dan kerugiannya.
Perlu diketahui, bayi akan menggunakan bibirnya untuk menghisap sesuatu secara alami. Biasanya, bayi akan menghisap jari tangan atau puting susu ibunya. Uniknya, kebiasaan ini telah dilakukan bayi sejak dalam kandungan lho Moms.
"AAP (American Academy of Pediatrics) merekomendasikan agar pemberian empeng menunggu hingga bayi dapat menyusu dengan baik, yaitu sekitar empat minggu," ujar dr. Ria dalam dialog singkat bersama team MAKUKU.
Usia 4 minggu dinilai waktu yang tepat karena dapat meminimalisiri risiko bingung puting pada bayi. Kasus bingung puting umum terjadi pada bayi yang sudah terbiasa minum ASI dari botol atau terlalu dini menggunakan empeng. Dampaknya tentu penyerapan nutrisi pada bayi belum maksimal dan juga risiko lecet pada puting ibu.
Dampak Positif Penggunaan Empeng
Seperti yang telah disebutkan di atas, kebiasaan empeng memiliki dampak positif. Selain membantu menciptakan tidur nyenyak, empeng juga bermanfaat untuk:
1. Mengurangi Risiko Sudden Death
Bayi dibawah usia satu tahun rentan menghadapi Sudden infant death syndrome (SIDS) atau kematian mendadak tanpa disertai gejala apapun. Kasus SIDS umumnya terjadi saat bayi tengah tertidur akibat kurangnya asupan oksigen. Beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi adalah posisi tidur, kondisi fisik bayi, dan fase perkembangan tertentu. Menurut dr. Ria, saat bayi tidur dengan empeng membuatnya sulit mengubah posisi tidur menjadi tengkurap. "Jika bayi pakai empeng, dia jadi sulit untuk tidur tengkurap akibat adanya ganjalan empeng," jelas dr. Ria.
2. Menciptakan ketenangan pada Bayi
Kelekatan bayi pada empeng dapat memberikan rasa nyaman sekaligus mendapat efek kepuasan menghisap yang merangsang pertumbuhan otot rahang dan mulut bayi. "Bisa membuat ketenangan sendiri jadi ibarat mengemut puting ibu dan bisa mengurangi rewel saat ibu atau ayahnya lagi kerja," tambah dr. Ria.
Dampak Negatif Penggunaan Empeng
Perlu diperhatikan Moms and Dad, bahwa penggunaan empeng juga dapat memberikan efek negatif pada si kecil seperti:
1. Pola Menyusu Tidak Teratur
Jika empeng diberikan pada waktu yang tidak tepat, maka dapat menimbulkan efek negatif bagi si kecil. Salah satunya yaitu pola menyusu yang tidak teratur akibat bayi mengalami bingung puting. Ia menyarankan Moms and Dad untuk tidak terlalu terburu-buru dalam memberikan empeng pada bayi.
"Sisi buruknya kalau memberikan empeng di periode krusial pada saat awal lahir misalnya, maka akan berisiko bingung puting dan menyebabkan pola menyusuinya tidak benar, akibatnya si kecil kehilangan manfaat bonding yang didapat pada saat menyusu secara langsung pada ibunya. " tambah dr. Ria
2. Risiko infeksi
Infeksi dapat terjadi akibat empeng yang kotor atau tidak steril. Tak jarang, banyak orangtua lalai dalam menyimpan empeng sehingga menaruhnya di sembarang tempat. dr Ria mencontohkan, orangtua seringkali langsung memberikan empeng yang jatuh di lantai karena terburu panik mendengar bayinya menangis. Padahal, kebersihan empeng harus terjaga sebelum digunakan oleh bayi.
"Menggunakan empeng lebih berisiko si kecil mengalami infeksi contohnya infeksi saluran pernapasan, saluran cerna, telinga, dan lainnya karena bakteri gampang masuk," tambah dr Ria.
3. Menghambat kemampuan Bahasa ekspresif
Jika bayi terlalu sering menggunakan empeng, maka perkembangan kemampuan bahasanya akan terganggu. Terlebih, jika kebiasaan ngempeng terus berlanjut pada usia setahun yang membuat anak malas untuk belajar berbicara.
"Pada bayi yang menggunakan empeng akan lebih banyak berpikir untuk ngempeng terus, sehingga menghambat bicara ekspresifnya. Empeng juga bisa menimbulkan masalah gigi, misal posisi tumbuh gigi tidak baik, juga dapat alergi dari bahan empengnya, selain itu empeng bisa membuat ketagihan, dan bisa dibayangkan jika anak yang sudah beranjak dewasa misalnya di usia sekolah dasar masih menggunakan empeng," tambah dr. Ria.
Tips Menggunakan Empeng untuk Si Kecil
Untuk Moms and Dad yang anaknya masih ngempeng, beberapa catatan dibawah ini wajib untuk diperhatikan:
- Pastikan empeng diberikan pada waktu yang tepat seperti yang telah dijelaskan diatas atau sesuai dengan anjuran dokter.
- Perhatikan higienitas dari empeng karena dapat menjadi media masuknya kuman atau bakteri yang mengganggu kesehatan anak. Moms bisa melakukan pencucian empeng dengan air bersih, sabun atau dengan air mendidih.
- Pilih empeng yang terbuat dari silikon dan sudah terkategori BPA (bisphenol- A) untuk memastikan kualitas terbaik bagi si kecil.
- Jangan terlalu sering memberikan empeng agar kebiasaan ini tidak berlanjut di usia berikutnya. Menurut berbagai artikel kesehatan, kebiasaan ngempeng tidak dianjurkan untuk bayi yang berusia diatas 12 bulan. Penggunaan empeng dikhawatirkan dapat mengganggu perkembangan bicara anak yang sedang memasuki fase paling pesat.
- Moms bisa alihkan dengan kegiatan lain atau melakukan konsultasi dengan dokter dan psikolog jika kebiasaan ngempeng sulit dihentikan.
"Jika kebiasaan ngempeng sulit dihentikan, beri pengertian secara perlahan dan alihkan dengan kegiatan lain, misalnya bernyanyi, bermain, bacakan dongeng atau putarkan lagu dengan irama tenang pada saat bayi akan tidur, dan lainnya. Jika masih tidak bisa mungkin membutuhkan bantuan psikolog atau psikiater," tutup dr Ria.
Nah, apakah Moms and Dad tetap ingin memberikan empeng pada si bayi?
Semoga bermanfaat Moms..
Ditinjau oleh:
dr. Ria Yoanita, SpA RS Carolus Jakarta dr. Ria adalah dokter spesialis Ilmu Kesehatan Anak. Setelah menamatkan pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, beliau melanjutkan pendidikan spesialisasi Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. |
Komen
250