Ibu hamil rentan mengalami berbagai keluhan dan masalah kesehatan selama masa kehamilan. Salah satunya adalah gangguan plasenta pada ibu hamil. Lalu seberapa bahayakah ibu hamil yang mengalami gangguan plasenta?
Plasenta adalah organ sementara yang berkembang di dalam rahim selama kehamilan. Plasenta sudah mulai terbentuk di dalam rahim sejak awal kehamilan. Menurut dr. Yusuf SpOG (K). Onk sebagai konsultan dokter spesialis kandungan MAKUKU Indonesia, plasenta berfungsi untuk mengalirkan darah yang mengandung oksigen dari ibu ke janin dan sebaliknya. Fungsi plasenta juga bertugas sebagai penyedia nutrisi bagi janin, melindungi janin dari infeksi bakteri serta berperan dalam memproduksi hormon.
Normalnya, plasenta terbentuk dan berkembang di tempat melekatnya sel telur yang sudah dibuahi di dinding rahim. Namun sayangnya, terkadang plasenta tumbuh di tempat yang tidak sebagaimana mestinya. Mengingat plasenta berperan penting pada kelancaran kehamilan, ibu hamil wajib mengetahui apa saja gangguan plasenta seperti yang dr. Yusuf sampaikan saat Kuliah Whatsapp (Kulwap) MAKUKU dengan Orami pada 25 Agustus 2022:
Abrupsio plasenta
Abrupsio plasenta adalah kondisi luruhnya plasenta, baik sebagian maupun seluruhnya, dari dinding rahim yang terjadi sebelum persalinan tiba. Kondisi ini menyebabkan terputusnya ketersediaan nutrisi dan oksigen untuk bayi. Tanda ibu hamil mengalami abrupsio plasenta adalah lepasnya plasenta dan adanya perdarahan di vagina karena plasenta lepas di dalam rahim.
Abrupsio plasenta umumnya terjadi di trimester ketiga kehamilan atau setelah melewati 20 minggu. Jika plasenta yang lepas di dalam rahim sebelum kehamilan 20 minggu didefinisikan sebagai abortus atau keguguran. Gejalanya berupa perdarahan vagina, kontraksi ataupun kram perut pada ibu hamil. Pada beberapa kasus, kondisi ini juga dapat menyebabkan persalinan prematur.
Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan kehamilan dimana saat plasenta menutup sebagian atau seluruh bagian mulut rahim.
Plasenta parsial
Plasenta parsial merupakan kondisi plasenta yang menutup jalan lahir sebagian.
Plasenta previa totalis
Kondisi dimana plasenta menutupi jalan lahir total. Kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan parah pada vagina sebelum bersalin.
Retensio plasenta
Pada proses persalinan, normalnya dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir plasenta akan ikut dikeluarkan dari rahim. Maksimal plasenta harus dikeluarkan 30 menit setelah melahirkan bayi. pada beberapa kasus, plasenta tidak dapat lahir spontan setelah bayi lahir.
Plasenta tersebut disebut tertekan jika organ ini masih menempel pada dinding rahim dan terjebak di belakang mulut rahim yang setengah menutup, hIngga 30 menit atau satu jam setelah persalinan. Pada keadaan seperti ini, dr Yusuf menjelaskan bahwa dokter atau bidan akan menangani retensio Plasenta ini dengan metode manual plasenta. Caranya, dengan memasukkan tangan ke dalam rahim untuk menyambut plasenta dan dikeluarkan perlahan-lahan. Jika tidak segera ditangani, retensio plasenta dapat membuat ibu kehilangan banyak darah yang dapat membahayakan nyawa.
Insufisiensi Plasenta
Insufisiensi plasenta adalah plasenta yang tidak berkembang dengan sempurna atau rusak (insufisiensi plasenta) dan termasuk pada komplikasi serius pada kehamilan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh aliran darah dari sang ibu tidak mencukupi di masa kehamilan.
Plasenta yang tidak berkembang menyebabkan janin juga tidak dapat berkembang sehingga mengalami kelainan atau cacat bawaan lahir, persalinan prematur hingga berat badan rendah saat lahir. Penyebab terjadinya insufisiensi plasenta adalah anemia, diabetes, hipertensi, kebiasan merokok, efek samping obat-obatan dan gangguan pembekuan darah pada ibu.
Faktor risiko yang membuat semua kelainan plasenta ini meningkat sebagai berikut:
- Tekanan darah tinggi
- Diabetes mellitus
- Hamil di atas usia 40
- Ketuban pecah dini sebelum waktu bersalin
- Gangguan pembekuan darah
- Mengandung bayi kembar
- Menggunakan narkoba
- Pernah menjalani prosedur medis pada rahim
- Pernah mengalami cedera pada perut, seperti terjatuh atau perut terbentur
- Pernah mengalami gangguan plasenta pada kehamilan sebelumnya
Kapan harus ke dokter?
Gangguan plasenta dapat memicu terjadinya komplikasi pada kehamilan. Bila mengalami gejala gangguan plasenta seperti sakit perut, nyeri punggung yang tidak tertahankan, pendarahan vagina dan kontraksi rahim terus menerus sebelum waktu bersali, jangan ragu untuk memeriksakan kondisi tersebut. Mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat dapat membantu mengurangi risiko komplikasi kehamilan.
Ada beberapa hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada ibu hamil dengan gangguan plasenta. Dr. Yusuf menyarankan ibu hamil untuk istirahat dengan cukup. Hindari kelelahan atau olahraga berlebihan. Tidur dengan posisi berbaring ke samping dan segera ke dokter jika muncul gejala. Selain itu, ibu hamil tidak disarankan untuk mengkonsumsi obat warung atau herbal tanpa konsultasi dokter. Merokok atau minum alkohol, melahirkan di bidan dan berhubungan seks terutama di trimester 2 dan 3.
Nah, setelah mengetahui betapa pentingnya plasenta bagi kehamilan dan apa saja gangguan plasenta, mom dan dad wajib selalu memantau pertumbuhan dan perkembangan janin. Apalagi kelainan plasenta juga bisa dideteksi melalui USG. jadi, mom dan dad bisa rutin memeriksakan kondisi kehamilan ke dokter kandungan ya. (Aq/MKK)
Komen
250