Masalah anak tidak mau makan atau Gerakan Tutup Mulut (GTM) hampir dialami setiap orang tua. Melihat kekhawatiran yang dirasakan banyak orang tua ini, MAKUKU bersama Babyologist mengadakan Instagram Live dengan tema “Tetap Tenang Hadapi GTM Selama MPASI” pada Kamis 2 September 2021 di tiga channel secara serentak. Menggandeng Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Carolus, Dr. med. Peggy Yulia, Sp. A, untuk mengupas tuntas masalah GTM pada anak.
Sebelum masuk ke topik pembahasan, IG Live yang dipandu oleh Sherlly Yusuf, selaku Chief Editor Babyologist mengajak para audience untuk mengikuti kuis berhadiah produk unggulan dari Makuku yaitu Rovco Potty Training untuk tiga orang pemenang. Caranya, dengan menjawab pertanyaan mengenai manfaat menjadi membership MAKUKU Family di kolom komentar Instagram Babyologist sampai dengan 9 September 2021.
Penyebab GTM dan Cara Mengatasinya
Makan bagi orang dewasa adalah aktivitas yang menyenangkan. Tapi mungkin hal tersebut berbeda bagi si kecil, ada yang suka melahap apapun yang diberikan namun ada juga harus dibujuk dengan berbagai cara agar mau makan hingga anak yang sulit makan atau GTM.
Banyak yang mengatakan GTM merupakan fase makan anak yang dianggap normal dan dibiarkan. Karena nantinya anak akan minta makan dengan sendirinya. Lalu benarkah seperti itu dan kapan GTM terjadi pada anak?
Dr. Peggy menjelaskan Gerakan Tutup Mulut ini biasanya terjadi ketika sang anak sedang sakit sehingga nafsu makannya menurun. Tumbuh gigi pun memengaruhi GTM pada anak, bosan dengan makanan yang itu-itu saja, mood atau suasana hati anak selama pandemi. Serta kondisi trauma anak pada makanan atau proses makan itu sendiri. Sebaiknya, proses makan anak dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.
Para orang tua juga harus curiga jika GTM yang terjadi pada anak terjadi terus menerus dan harus segera mencari tahu akar penyebabnya agar teratasi. Sebab, GTM bisa menjadi salah satu tanda anak mengalami masalah kesehatan serius. Berikut beberapa masalah medis yang menyebabkan anak tidak mau makan sebagai berikut:
1. kelainan struktur saluran cerna atau pernapasannya misal pada anak dengan bibir sumbing atau langit-langit terbuka.
2. Penyempitan kerongkongan sehingga anak tidak dapat menelan makanan dengan ukuran besar.
3. Gangguan pada saluran hidung yang tersumbat atau atresia koana dan kesulitan bernapas dan makan, dimana dibutuhkan koordinasi antara makan dan tarik napas.
4. Neodesha mental atau kelainan saraf atau perkembangan. Contohnya, pada anak yang mengalami cerebral palsy, distrofi otot dan autisme. Dimana prevalensi terjadinya masalah makan lebih besar dibandingkan dengan anak normal lain.
5. Sering muntah, repudiasi, menangis kesakitan, bisa jadi si anak mengalami GERD. Kondisi ketika makanan turun ke lambung dan naik lagi ke kerongkongan serta asam lambung yang menimbulkan rasa perih di area kerongkongan.
6. TBC yang ditandai dengan benjolan di leher dan ketiak anak yang dapat menurunkan nafsu makan.
7. Kelainan jantung yang membuat anak sulit makan.
Feeding Rules
Dr. Peggy mengingatkan untuk para orang tua tidak pasrah, berkecil hati dan terus mencari tahu cara mengatasi GTM. Bila penyebabnya bukan dari masalah klinis yang disebutkan diatas, sebagian besar penyebabnya adalah perilaku makan yang salah. Sebuah penelitian mengatakan sekitar 30% anak GTM disebabkan perilaku makan yang salah pada anak. Perilaku makan anak yang salah bisa timbul akibat tidak mengikuti aturan pemberian makan yang baik dan benar. Feeding rules harus diterapkan pada anak sejak diberikan MPASI pertama.
“Karena masalah makan tidak mungkin tiba-tiba saja terjadi, tapi melewati suatu proses dari pemberian MPASI. jadi yang harus diperhatikan adalah mengikuti aturan makan dan feeding rules terutama bagi ibu baru,” jelas dr. Peggy.
Aturan makan atau feeding rules ini harus dipatuhi agar si kecil dapat makan. Adapun tiga feeding rules sebagai berikut:
Jadwal
Para orang tua harus menciptakan jadwal makan anak supaya teratur dan terstruktur. Dengan tujuan, agar tercipta rasa lapar dan kenyang pada anak yang tepat serta membiasakan hal tersebut. dr. Peggy menyarankan untuk memberikan makan utama pada anak sebanyak tiga kali sehari. Serta perhatikan pula waktu makan anak, usahakan untuk tidak memaksa dan memberikan makan dalam waktu yang lama yaitu hanya sekitar 30 menit saja.
“Aturannya makan besar pada anak adalah tiga kali sehari, kemudian diantara dua makan utama ini dapat diberikan selingan atau snack. Waktu makan hanya diberikan air putih saja dan jangan beri susu di luar jam makan” tutur dr. Peggy.
Lingkungan
Ciptakan lingkungan yang menyenangkan dan hindari memaksa anak untuk makan. Menjejalkan makanan secara paksa pada anak dapat menimbulkan trauma dan membuat anak menghindari jam makan. Lingkungan yang nyaman dan tidak ada distraksi dapat membantu anak fokus pada kegiatan makannya.
“Orang tua atau pengasuh saat memberikan makan jangan sampai ada distraksi seperti diberikan gadget, nonton TV, diberikan mainan dan makan dengan membawa anak berkeliling. Itu yang paling tidak boleh dilakukan,” jelas dr. Peggy.
Dr. Peggy mengatakan bahwa sebaiknya saat makan anak hanya boleh duduk dan tidak boleh ada kegiatan apapun selain makan. Saat makan merupakan momen dimana orang tua dan anak dapat saling berinteraksi paling besar dan mencurahkan perhatian.
Prosedur
Orang tau harus membiasakan anak duduk di meja makan. Bila anak sudah dapat makan sendiri biarkan makan sendiri atau membantunya jika belum bisa. Jika si kecil menolak makan, Anda dapat berhenti sebentar dan kemudian menawarkannya kembali.
“Jika sudah 10-15 menit si anak juga tetap menolak sebaiknya kita stop,” tambahnya.
Para orang tua wajib memerhatikan aspek kualitas dan kuantitas dari makanan tersebut. Berikan makanan yang sesuai dengan usia dan perkembangannya serta tekstur makanannya. Memberikan makanan yang tidak sesuai dengan tekstur dapat menghambat perkembangan motorik oral pada anak.
“Kita harus menaikan tekstur makanannya sesuai usianya, mulai dari bubur halus, bubur kasar, makanan lembek sampai akhirnya usia satu tahun sudah harus bisa makan makanan keluarga,” jelasnya.
Dr. Peggy menambahkan bahwa rasio antara makanan padat dan cair pada anak pun tidak boleh diabaikan. Makanan anak usia 1-3 tahun yaitu makanan padatnya 70% dan yang cair seperti susu sekitar 30%. Sementara bagi anak yang picky eater, dimana anak yang makannya sedikit atau makan dengan tekstur tertentu, orang tua bisa mencoba food training. Food training adalah memperkenalkan makanan baru kepada anak dengan sistematik.
“Kalau anak-anak tidak mau jangan menyerah, karena anak-anak membutuhkan 10-15 kali paparan terhadap makanan baru sampai si anak mau menerima,” ujar dr. Peggy.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan Mommy dan si kecil dalam mengatasi GTM pada anak, MAKUKU Family Store sebagai one stop solution shop yang kini telah hadir di 18 titik yang tersebar di pulau Jawa dengan produk-produk terbaik dan high quality. Serta setiap MAKUKU Store memiliki layanan untuk berkonsultasi dengan head store yang terpercaya dan bersertifikat secara langsung untuk dapat membantu memilihkan produk sesuai dengan kebutuhan dan kondisi si kecil.
Para orang tua yang berbelanja di MAKUKU Store pun dapat berkesempatan menjadi member. Dengan menjadi member, Anda dapat mendapatkan sejumlah benefit yaitu diskon 10% untuk produk pilihan dengan masa berlaku seumur hidup. Anda juga mendapatkan keuntungan berkonsultasi via Whatsapp secara private dengan para pakar yang berbagai bidang seperti obgyn, psikolog, pediatrics dan lainnya.
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai MAKUKU Family, Mommy dan Daddy dapat mengikuti akun Instagram official @makuku.indonesia.official, TikTok @makuku.family dan juga official store di beberapa ecommerce seperti Lazada, Shopee dan Tokopedia.
Penulis: Aqiyu Purbosuli
Komen
250