Kontraksi Jelang Persalinan dan Penyebab HPL Terlewat

Kontraksi Jelang Persalinan dan Penyebab HPL Terlewat

written by : MAKUKU - 14 Mar 2022

Viewed : 35 times  Read duration : Page Views : 986 times

Ibu hamil harus siap siaga di trimester akhir menjelang persalinan. Salah satu tanda persalinan semakin dekat adalah kontraksi. Namun, tidak semua kontraksi merupakan tanda bahwa sang Ibu akan melahirkan. Karena bisa saja itu merupakan kontraksi palsu. 

Ibu hamil harus dapat membedakan antara kontraksi palsu dan asli. Menurut dokter dr. Noviyani Sugiarto, SpOG, Rumah Sakit St. Carolus, kontraksi palsu atau Braxton hicks  memang diperlukan untuk persiapan persalinan yang sebenarnya. Penyebab kontraksi palsu terjadi adalah kurangnya  zat kalsium, sehingga ibu hamil disarankan cukup makan dan minum. Serta dapat mengonsumsi suplemen magnesium dan vitamin untuk mengurangi kontraksi palsu.

“Tapi jika terlalu sering (terjadi) memang perlu diperiksa ke fasilitas kesehatan untuk di cek apakah ini kontraksi palsu atau kontraksi asli,” ujar dr. Noviyani.

Namun, tidak semua ibu hamil mengalami kontraksi palsu di trimester akhir. Menurut dr Novi, banyak ibu hamil yang tidak mengalami kontraksi palsu dan hal tersebut termasuk normal. Sebab, rasa nyeri yang dirasakan tentu akan berbeda pada setiap ibu hamil.

“Ada yang kontraksinya sudah keras tapi dia tidak merasakan apa-apa. Ada juga yang mungkin tidak terlalu (terjadi) kontraksi tapi dia sudah kesakitan. Jadi, memang bisa tidak merasakan juga,” jelas dr. Novita.

Ciri-Ciri Kontraksi Palsu dan Kontraksi Asli

Kontraksi palsu bisa mungkin terjadi sekitar 10 menit dalam rentang waktu dua jam, namun bisa tidak muncul kembali setelah 30 menit. Kontraksi palsu dapat hilang dengan sendirinya dengan mengubah posisi atau istirahat. Kontraksi palsu ini biasanya dimulai pada trimester ketiga kehamilan, sering kali terjadi pada sore atau malam hari.

Saat kontraksi palsu terjadi, perut ibu hamil akan terasa tegang, biasanya tidak terlalu menyakitkan seperti kram menstruasi ringan. Selain itu, ciri kontraksi palsu ditandai dengan membrane belum pecah dan membran belum pecah.

Sementara ciri kontraksi asli yang wajib diketahui adalah bisa terjadi setiap 15 menit sekali atau dalam dua jam bisa terjadi sekitar 10 menit sekali. Untuk intensitasnya pun makin sering terjadi dan semakin berat. Kontraksi asli ini dimulai sekitar 40 minggu kehamilan. Jika kontraksi asli dimulai sebelum minggu ke-37 dapat memicu kelahiran prematur. Dengan kata lain, kontraksi palsu dan kontraksi asli bisa dibedakan berdasarkan efek yang dirasakan ibu,  seperti frekuensi dan kekuatan kontraksi.

Kenapa Hari Perkiraan Lahir (HPL) sering terlewat?

Hari Perkiraan Lahir sangat penting untuk diketahui. Biasanya dokter akan memberitahu kapan HPL ibu hamil untuk mempersiapkan fisik dan mental sebelum persalinan, menyiapkan perlengkapan bayi dan lainnya. Namun, sesuai namanya HPL ini hanyalah estimasi, bisa akurat sesuai dengan prediksi atau bergeser maju atau mundur. Akademi ilmu kesehatan Anak di Amerika menyatakan hanya ada lima persen ibu hamil yang hari persalinannya sesuai dengan HPL.

Jika ibu hamil sudah lewat dari HPL, dr. Novi menyarankan untuk memeriksakan kondisi kehamilan ke dokter. Selain itu, juga untuk merangsang kontraksi agar bayi cepat lahir dengan cara bermain gymball, berhubungan intim, hingga stimulasi payudara. Berhubungan intim dan stimulasi payudara diyakini dapat memicu oksitosin yang merangsang bayi keluar.

Untuk waktu ideal melahirkan, batas waktu bisa  sampai 42 minggu. Namun, usia kehamilan hingga lebih dari 42 minggu dapat berisiko tinggi dan sebaiknya tidak terjadi. Dr. Novi menuturkan jika sudah masuk usia 42 minggu maka harus masuk rumah sakit dan mendapatkan induksi. Kebanyakan rumah sakit akan melakukan induksi jika usia kandungan sudah memasuki 41 minggu.

Jika lebih dari itu, maka risiko pada bayi semakin tinggi seperti hambatan aliran darah yang semakin besar dan plasenta terlalu matang. Gangguan lainnya yang mengintai adalah aliran nutrisi ibu ke bayi semakin berkurang, air ketuban semakin sedikit. Bahkan kehamilan lebih dari 43 minggu berisiko tinggi untuk operasi caesar.

“Dokter akan melakukan stripping membrane, antara mulut rahim dan selaput ketuban akan dipisahkan untuk memicu kontraksi. Biasanya dilakukan di usia 40 minggu sebelum induksi yang sebenarnya,” tutur dr. Novi.

Untuk penyebabnya bayi tidak kunjung  ‘mengajak’ keluar meski sudah lewat HPL adalah kondisi kehamilan, perubahan posisi janin yang seringkali berubah setiap saat. Perubahan ukuran serviks dan rahim juga mempengaruhi  Hari Perkiraan Lahir. Sebuah penelitian menyebutkan sebanyak 85 persen ibu  hamil dengan ukuran serviks yang pendek yakni kurang dari 2,5 cm bisa mengalami HPL yang lebih cepat.

Untuk diketahui, ukuran serviks yang menipis dapat memudahkan bayi turun ke jalan lahir dan panggul. Ukuran rahim yang membesar dapat membuat HPL semakin cepat. Sementara penelitian di Amerika Serikat yang melibatkan 9.000 ibu hamil menyebutkan bahwa kehamilan anak pertama memang rentan mengalami keterlambatan persalinan. Serta riwayat persalinan lewat HPL dan keluarga yang pernah mengalaminya juga kemungkinan Anda juga mengalaminya. Itu mengapa, Hari Perkiraan Lahir (HPL) kerap kali bergeser dan tidak.

Ditinjau oleh:

dr. Noviyani Sugiarto, SpOG

RS Carolus Jakarta

dr. Noviyani Sugiarto, SpOG adalah Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan (Obstetri dan Ginekologi) Tetap yang berpraktik di Rumah Sakit St Carolus. Menamatkan pendidikan Dokter Umum dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 2010 dan pendidikan Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 2018. Ia seorang dokter obstetri dan ginekologi perempuan yang memiliki passion yang besar terhadap dunia fetomaternal dan ultrasonografi kebidanan/kandungan, kasus-kasus fertilitas dan infertilitas (kesuburan), permasalahan kandungan dan dunia reproduksi, serta kehamilan dengan berbagai penyulit.

melahirkan

KEHAMILAN

KEHAMILANSEHAT

kontraksikehamilan

kontraksipalsu

kontraksiasli

#persalinan

cirikontraksi

Komen


250

READ ANOTHER POPULAR ARTICLE

Lihat semua >
AHLI
Deteksi Kesehatan Dini Lewat Bentuk dan Warna Tinja Bayi

Mendeteksi kesehatan bayi bisa dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan melihat dari bentuk dan warna feses bayi. Simak info selengkapnya di sini

MAKUKU
2023-11-13 12:10:56
0 Comment
AHLI
Jangan Salah Kaprah, Ini Perbedaan Hiperaktif, ADHD dan Autisme

Anak yang aktif merupakan salah satu ciri dari pertumbuhan bayi yang optimal. Namun kadang para orang tua tidak bisa membedakan anak yang hiperaktif, ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorders/Gangguan Pemusatan Perhatian) dan autisme. Walaupun terlihat hampir sama, nyatanya anak hiperaktif, ADHD dan autisme itu berbeda sehingga para orang tua tidak boleh melakukan self diagnose.

MAKUKU
2022-04-07 10:01:44
0 Comment

READ ANOTHER LATEST ARTICLE

Lihat semua >
AHLI
Perbedaan Dermatitis Popok dan Dermatitis Atopik

Pahami perbedaan antara ruam popok bayi dan dermatitis atopik, serta tips bagi Moms untuk mengatasi kondisi saat Si Kecil mengalaminya.

MAKUKU
2024-07-09 09:28:31
0 Comment
AHLI
Salep Ruam Popok Rekomendasi Dokter

Lindungi kulit bayi dari ruam popok dengan salep rekomendasi dokter. Skin care penting untuk kulit sensitif bayi.

MAKUKU
2024-02-23 12:20:43
0 Comment